Sabtu, 15 November 2008

PAHALA & CINTA

Kumulai langkahku dengan bacaan bismillahhirrochmaanirrochiim agar sempurna berkahnya, amin.
Assalamu’alaikum Wr. Wb…
Puji syukur tetap kita panjatkan kehadirat Allah SWT berkah limpahan rahmat ta’dimNya sehingga saya mampu mencoba memulai tulisan yang berjudul “PAHALA DAN CINTA” ini, yang Insya Allah dipersembahkan buat orang yang paling saya hormati dan sayangi. Sholawat serta salam tercurahkan keharibaan nabi besar Muhammad SAW, karena beliaulah sebagai uswatun hasanah, revolusi akbar umat manusia sehingga membimbing kita pada agama yang hakiki yakni addinul islam.
Bermula dari ziarah wali wolu, aku berangkat bersama jamaah. Kuluruskan niatku “Lii ridholloh…niat ingsun semata-mata hanya mencari ridho gusti Allah SWT”. Bolehkah ziarah kubur? Berdasarkan hematku, ziarah kubur bagi kaum laki-laki hukumnya sunah, artinya jika dilakukan mendapat pahala dan jika ditinggalkan tidak mendapat dosa. Namun bagi kaum hawa, hal itu dimakruhkan, dengan alasan karena perasaan perempuan lebih halus dan lemah dikhawatirkan mencucurkan air mata yang berlebihan sehingga lupa akan kekuasaan Allah SWT. “ innamal a’maalu binniyaati”, sesungguhnya amal perbuatan kita itu tergantung niatnya, jadi kita niatkan saja untuk mengingat akhirat sehingga bisa mencegah kita dari perbuatan kemaksiatan. Ziarah pertama dimulai dari sunan bungkul lalu sunan ampel (Raden Rahmat), maulana malik ibrahim, sunan giri, sunan drajat, sunan bonang (Syeh Maulana Makdum Ibrahim), sunan muria, sunan kalijaga, yang berakhir pada sunan pandan aran. Tepatnya ketika ziarah sampai pada kota tuban (sunan bonang), aku sempat simpati pada seseorang, sebut saja “Kakak”. Menurutku beliau orang yang baik, ramah dan dermawan, mungkin beliau tahu bahwa harta di dunia merupakan titipan Allah saja jadi dibelanjakan juga di jalan Allah. “Subhanallah…Maha Suci Allah, Sungguh mulia sekali hati beliau, terbuat dari apa ya?, Semoga Allah memudahkan segala urusannya dan memperlancar rizkinya, amin”, cetusku dalam hati. Dari tempat ziarah satu ke tempat ziarah lain aku hanya berusaha memusatkan fikiran, untuk meletakkan satu nama dalam hatiku yaitu Allah SWT. Jadi ingat syair lagunya Kang Opick “dihatiku kini penuh terisi segala tentang Allah…”. Melalui wali-wali Allah itulah agama islam bisa sampai ke pulau jawa, dengan berbagai macam cara, misalnya: melalui gending-gending bonang dll. Dan alhamdulillah ziarah wali wolu selesai, aku pun kembali ke rumah dengan segudang ilmu, pengalaman dan cerita yang ingin segera diberitakan di rumah.
Dua hari kemudian tibalah perjumpaanku dengan Kakak untuk kali kedua. Perbincangan kami telah sampai kearah sms dan telpon sehingga meski baru kenal serasa sudah mengenal seribu tahun. Hari berganti hari… kami pun seolah-olah sudah saling mengakrabkan diri, entah karena hatiku yang kalut karena “broken heart” atau memang Allah sedang menguji kami? Wallohhu a’lam.
Penyebab terjadinya insiden “broken heart” yang melandaku, dikarenakan dua bulan sebelumnya terjadi “miss communication” antara aku dengan mantanku, sebut saja Ico. Entah mengapa dia tak pernah perhatian seperti sebelumnya meski via sms atau telpon. Dan setiap aku sms atau telpon jawabannya tidak seperti biasanya. Malah kalimat dan bahasanya serasa membuat sakit dihati. Namun ku tak boleh su’udzon dulu padanya, mungkin dia sedang ada masalah dengan keluarganya atau kerjaannya. Atau mungkin sudah ada penggantiku dihatinya, ah smoga saja tidak. Mulai saat itu fikiranku sudah campur aduk…sumpek, sedih, jengkel, sebel, penat, bosan, malas. Aku bagaikan pepatah konyol “Hidup segan mati tak mau”, itulah diriku saat itu. Pada suatu sore, tak ada hujan dan tak ada angin, tiba-tiba dia sudah berada di teras rumahku. Namun dia harus menungguku tidak sebentar, karna tidak bikin janji dulu, maklumlah karena aku seorang PENGACARA alias “Pengangguran banyak acara”. Kata demi kata yang kami bahas semakin membawa pada pertengkaran hebat, anehnya alasan-alasan yang dituduhkan padaku tak masuk akal sama sekali…katanya aku sudah banyak kegiatan dan gak perhatian lagi lah, katanya aku selingkuh lah..karena Ico sempat baca sms-sms di handphoneku yang saat itu kebanyakan memang dari Kakak. Ah..kupikir hanya Ico aja yang cari-cari alasan untuk memutuskan hubungan ini. Aku mencoba menjelaskan sekuat tenaga, kucoba pertahankan..namun itu sia-sia saja, kuhanya mencoba menahan air mataku tapi tak bisa. Akhirnya sejak hari ini, 11 Juli cintaku pupus sudah. Kini hari-hariku hampa, siapa lagi yang akan mendengarkan keluh kesahku, derai tawaku, isak tangisku?... entahlah tak kuat rasanya. Namun aku merasa bahwa kehadiran Kakak membuatku tetap bertahan dan berusaha melupakan segala kenangan dengan Ico, seperti yang tertulis pada beberapa bait lagunya Vagetoz “Kehadiranmu” : Hadirnya dirimu berikan suasana baru, kau mampu tenangkan aku disaat risau dalam hatiku. Lembutnya sikapmu meluluhkan hati ini, terbuai aku terlena oleh dirimu. Jantungku berdetak saat engkau ada didekatku, mungkinkah diriku telah jatuh cinta pada dirimu. Sebisa diriku mencoba untuk melupakanmu, namun ku tak bisa kau pun slalu ada dalam hatiku. Dan biarkan semua mengalir apa adanya kuyakin kau pun pahami perasaanku.
Minggu pun berganti bulan…
Jujur, astagfirullah, aku kok mulai suka dengan segala gangguan Kakak, smsnya, telponnya, lucu-lucunya, perhatiannya dll. Apakah aku sedang jatuh cinta?. Benarkah aku mencintai Kakak?. Mengapa perasaanku seperti ini?, fikiranku pun tak karuan. CINTA? Seringkali kata ini disebut, jiwaku pun bergetar, terbuai oleh perasaan indah. Cinta bisa membuat orang menjadi gila, lapar jadi kenyang, sedih jadi hilang, sakit jadi sembuh, ato apalah sampai-sampai khalayak mengatakan kalau cinta di depan mata, “dunia milik berdua” ato “tai kucing rasa coklat”. Orang yang di mabuk cinta seakan tak puas bila tak bermandikan air hujan nan bersih suci, di siram oleh tangan kasih sayang. Dan ia pun seakan terbang nun di atas sana. Menerobos hujan yang tenang, melambai gemulai, indah dan bersiramkan wangian misik. Ia menghimpun orang yang di cinta ke arena keharuman wewangian, membawanya mengelilingi harumnya winflower. Manis, indah…oh sampai segitunya ketika orang sedang jatuh cinta. Harapanku makin melambung jauh, kurasa Kakak pasti akan rajin mengikuti kegiatan-kegiatan islami kalau aku yang ngajak.
Doa yang selalu kupanjatkan ketika menghadap kekasih hakiki, Ilahi Robbi Allah Azza Wa jalla :
Yaa Allah…
Jika memang Engkau takdirkan dia akan menjadi teman menapaki hidup
Satukanlah hatinya dengan hatiku
Titipkanlah kebahagiaan diantara kami, agar kemesraan itu abadi
Seiringkanlah kami melayari bahtera hidup ini, ketepian yang sejahtera
Tetapi Yaa Allah…
Seandainya telah Engkau takdirkan dia bukan milikku
Bawalah ia jauh dari pandanganku
Luputkanlah ia dari ingatanku
Ambillah kebahagiaan ketika dia ada disisiku
Dan peliharalah aku dari kekecewaan
Serta Yaa Allah Yaa Tuhanku Yang Maha Mengerti…
Berikanlah aku kekuatan
Melontar bayangannya jauh kedada langit
Hilang bersama senja nan merah
Agarku bisa bahagia walaupun tanpa dengannya
Yaa Allah…
Gantikanlah yang telah hilang
Tumbuhkanlah kembali yang telah patah
Walaupun tidak sama dengan dirinya
Yaa Allah Yaa Tuhanku…
Pasrahkanlah aku dengan takdirMu
Sesungguhnya apa yang telah Engkau takdirkan
Adalah yang terbaik buatku
Karena Engkau Maha Mengetahui segala yang terbaik buat hambaMu ini
Yaa Allah…
Cukuplah Engkau saja yang menjadi pemeliharaku
Di dunia dan akhirat
Dengarlah rintihan dari hambaMu yang dloif ini
Jangan Engkau biarkan aku sendirian di dunia ini maupun di akhirat kelak
Menjuruskan aku ke arah kemaksiatan dan kemungkaran
Maka kurniakanlah aku seorang pasangan yang beriman
Supaya aku dan dia dapat membina kesejahteraan hidup
Ke jalan yang Engkau Ridhoi
Amin…Yaa Robbal ‘Alamin.

28 Juni
Pertemuanku dengan Kakak di sunrise city untuk kali pertama. Namun tidak hanya berdua saja, tapi bersama Mas Yud temen Kakak yang sangat setia. Seneng rasanya.. hilang penat dan gundah seketika.

29 Juni
Selamat ulang tahun sayang, semoga panjang umur, sehat selalu dan selalu sukses dalam rizki dan karir, dan tak lupa selalu sayang sama aku, doaku dalam hati ketika kududuk dalam bus yang sedang melaju kencang menapaki tol panjang menuju ke kota apel-malang karena jenguk bude sakit. Ditengah perjalanan kudengarkan nyanyian anak jalanan “Syukur kepada Allah” by Opick. Subhanallah meski mencari nafkah dari bus ke bus namun nampak wajah kealiman dari anak itu. Mungkin Allah akan memberikan pahala buat anak itu, amin semoga saja. PAHALA? Kata ini selalu bergandengan dengan kata DOSA, entah memang sudah jodohnya atau gimana langsung saja kita telusuri. Pahala merupakan Reward dari Allah SWT yang diberika kepada kita, karena kita melakukan sesuatu yang bermanfaat kepada diri kita sendiri maupun makhlukNya yang lain. Kurasa pahala Kakak banyak sekali, dari beliau kuteladani kedermawanannya. Dan itu mungkin merupakan ungkapan sukurnya selain melalui lisan dengan mengucap “Alhamdulillah”. Lain syakartum la azidannakum, wa lain kafartum inna adza bi lasyadiid : Barang siapa yang bersyukur kepadaKu, akan kutambahkan nikamatmu dan barang siapa yang tidak bersyukur padaKu sesungguhnya adzabKu sangat pedih, bunyi dalil naqli surat ibrahim. Sedangkan dosa merupakan bentuk Punishment yang diberikan Allah kepada kita karena kita melakukan sesuatu yang membawa mudharat pada diri kita sendiri maupun makhluk Allah yang lain. Jadi pahala dan dosa merupakan rumus alam yang berbanding terbalik.

30 Juni
Hari ini aku nonton untuk yang kedua kalinya bersama Kakak, tapi sayang filmnya gak begitu bagus. Tapi yang namanya AKU, film apa aja ya suka..memang “Magifi” alias manusia gila film. Kuberikan kado yang telah kupersiapkan sejak tiga hari yang lalu. Memang harganya tak seberapa tapi manfaatnya sangat besar sekali bukankah “Khoirunnas yanfa’ulinnas”, sebaik-baik manusia adalah manusia yang bermanfaat bagi orang lain. Semoga Kakak senang dengan kado ini, cetusku dalam hati.
Hari-hari bersama Kakak, meski hanya via voice, aku semakin mengagumi sosok Kakak. Dimataku, kakak merupakan sosok pekerja keras yang tak kenal lelah baik dalam hal duniawi maupun ukhrowi, terlepas dari kebohongan yang kami jalani. Seperti dalam suatu hadis Nabi Muhammad SAW “I’mal li dunyaka ka-annaka ta”isyu abaadan, wa’mal li akhirotika ka-annaka tamuutu ghodan”, bekerjalah untuk duniamu seakan-akan kamu hidup selamanya dan beribadalah untuk akhiratmu seakan-akan kamu mati besok. Itulah Kakak…

9 Juli
Hari ini kutemui Kakak di surise city, untuk yang kedua kalinya kami bertemu disana. Rasa rindu terobati seketika, karena apa yang kulakukan saat itu diluar batas fikiranku. Aku tak pernah melakukan itu sebelumnya. Tapi anehnya ketika itu kubagai terbius tak berdaya didalam kepalsuan singgasana cinta. Memang benar ketika ada dua orang lelaki dan perempuan yang bukan muhrim berada pada suatu ruangan, maka orang ketiga adalah “SETAN”. Muhrim maksudnya adalah orang yang haram untuk dinikahi.
Hari berganti hari mengapa hatiku bertambah resah, gelisah, gundah? Apakah ini tanda-tanda bahwa Allah Azza Wa Jalla telah mencabut nikmatku ketika berdekatan denganNya. Mungkin...karena kurasakan dari yang tidak biasanya. Kualitas ibadahku menurun, tidak bertambah ilmu yang dapat membuatku takut padaNya bahkan justru maksiatpun sudah kulakukan, dan anehnya aku malah senang melakukannya tanpa merasa rugi sedikitpun. Subhanalloh…

14 Juli
Hari ini kucoba katakan pada Kakak, bagaimana kelanjutan hubungan kami. Bagiku kata cinta..sayang..sangat berarti sekali. Tapi apakah Kakak berfikiran sama denganku?, karena dia dengan begitu mudah melafalkannya. “Cinta itu tidak selamanya memiliki, apalagi jarak kita terlalu jauh dan sesuatu yang tidak mungkin terjadi dan suatu saat akan berakhir…Cinta Tanpa Berujung”, itulah kalimat Kakak yang selalu melekat difikiranku. Sejak itulah keraguanku padanya sedikit demi sedikit mulai membara. Kutawarkan perpisahan? Dia pertahankan...sebenarnya apa yang dia mau dariku? Cantik?...nggak, malah “black” dan masih banyak wanita-wanita lain yang lebih dariku segalanya. Tajir?...malah nggak banget, karena aku hanya anak dari pedagang, yang biasa hidup pas-pasan. Pinter?...nggak juga, apa yang harus kulakukan saat ini aja aku bingung. Saat ini Ku hanya gadis bodoh yang tak tahu apa yang harus kuperbuat. Duh Gusti…siapakah aku? Rasanya aku tak mengenal diriku lagi. Parfum funny imoet dan jam tangan yang sangat anggun diberikan Kakak padaku..entah karena dia dapat rizki lebih ato sebagai permintaan maaf akupun nggak faham, tambah gak enak hati. Setelah menerima pemberian dari Kakak aku malah sedih..meski dihadapan orangnya kuberusaha menerima dengan senang hati. Begitu banyak pemberian Kakak padaku, bagaimana caraku membalas semua kebaikannya itu?. “Apa yang difikirkan Kakak tentangku? Apakah dia berfikir kalo aku ini memang gadis yang gak bener? Yang suka seseorang karena mengharap materi saja..semoga saja tidak”, kutepis prasangka burukku terhadap Kakak.

19 Juli
Sudah tiga hari ini tidak ada komunikasi dengan Kakak, kucoba merenung dan menenangkan diri untuk bisa membuat keputusan terbaik. Kuberanikan diri untuk mengakhiri semua ini. Alhamdulillah, kebohongan itu tidak bisa singgah lama dihatiku, meskipun hati ini bagai disayat-sayat pedang rasanya, biarlah bagai nyanyian saja “Cinta dalam hati”. “Kenapa kulakukan semua ini?”, kucoba bertanya pada hati kecilku, padahal aku sangat sayang dia. Kutemukan jawabannya ketika telah kuselesaikan membaca buku yang berjudul “QUANTUM IKHLAS” karangan Erbe Sentanu. Jawabannya tak lain karena kumulai belajar mengikhlaskan sesuatu, berserah diri, menyerahkan segala pikiran dan perasaan kembali pada sumbernya yaitu Allah SWT. Kucoba bertanya tuk kedua kali pada hati kecilku “Mengapa kulakukan semua ini? Padahal ku sangat cinta dia”. Karena ini merupakan salah satu bentuk sayang dan cintaku pada Kakak, merelakan orang yang kucintai bahagia dengan orang yang sangat dicintai dan disayanginya…memang benar “CINTA TAK HARUS MEMILIKI”. Aku sadar niatan-niatanku tidak lagi karena Allah, tetapi justru ada maksud lain. Astagfirullah… semoga Allah mengampuni segala khilafku. “Al-insanu mahallul khotto’ wa nisyan”, manusia tempatnya salah dan lupa. Jadi wajar sekali kita sebagai manusia terpeleset ke jurang dosa, namun harus bangkit dengan “Taubatan nasuha”, taubat sunggguh-sungguh : menyadari kesalahan dan berusaha untuk memperbaiki diri kembali ke jalan yang hak serta berjanji tidak akan mengulanginya lagi. Bagiku hidup ini bagai gaung di pegunungan, apa yang kita bunyikan suara itu pulalah yang akan kembali pada kita, maksudnya segala apa yang terjadi pada diri kita adalah buah dari apa yang kita lakukan.
Apakah tujuan akhir dari perjalananku ini? Tak lain hanya untuk bersatu dengan sang kholik. Namun, jangan sampai salah kaprah dalam merealisasikan dalam hidup ini, sehingga terjadilah seperti Syeh Siti Jenar, berbuat apa saja dengan mengatasnamakan Allah. Na’udzubillah…
Memang kita bersatu dengan Allah, tetapi kita bukan Allah, dan Allah bukan kita. Caranya adalah dengan menghambakan diri kita dan mencontoh semua sifat-sifat dan perbuatanNya. Pasrahkan hidup kita sepenuhnya kepadaNya saja dengan menjalankan perintahNya dan menjauhi laranganNya. Contohnya seperti ini : Allah mempunyai sifat Rochman (pengasih) dan Rochim (penyayang). Dia memperlakukan makhlukNya dengan segala kasih sayang dan sangat pemurah. Dia tidak pernah membedakan siapa pun dalam memberikan rizki dan karunia. Yang Dia lihat adalah usaha yang mereka lakukan. “Man jadda wa jadda”, barang siapa yang bersungguh-sungguh maka ia akan mendapatkannya.
Jadi ingat tulisan yang pernah kubaca:
Kadang aku ketawa sendirian…
Ngapain..aku musti sembunyi berkhalwat dalam kegelapan, sampai pulang kemalaman, alih-alih salah alamat tujuan
Kadang aku ketawa sendirian..
Ngapain..musti colak-colek remot sendirian
Ketawa sendirian
Bete sendirian
Sebel sendirian
Nangis sendirian
Nyaci sendirian
Kadang marah pada bangku tak bertuan
Sampai lupa bahwa izroil melihatku dari kegelapan, menggosok palu dan meriam
Hidup ini serius, namun kuanggap sebagai permainan
Hidup ini perjuangan, namun kuanggap sebagai rutinitas harian
Hidup ini penderitaan, namun kuanggap sebagai kesenangan
Kadang aku ketawa sendirian..
Begitu banyak aktifitasku yang tersia-siakan
Sementara aku telah menganggap diriku telah berbuat kebaikan
Aku merajut, padahal sebenarnya aku menguraikan benang islam
Aku membangun, padahal sebenarnya aku meruntuhkan pondasi islam
Aku meninggikan, padahal sebenarnya aku membanting islam
Aku memuliakan, padahal sebenarnya aku menghujat islam
Aku menghidupkan, padahal sebenarnya aku membantai islam
Dan mereka pun mengenalku, tak ubahnya generasi-generasi tak beriman dan berlumur dosa
Dan mereka pun mengenalku, tak ubahnya generasi yang mudah berganti peran..kadang iman dan kadang pada kekafiran
Kini aku tahu dan sadar, masalahnya bukan sekedar kemubahan, keharaman atau kemaksiatan. Tapi manakala kutulis kembali tujuan kehidupan..maka masalahnya adalah tiada waktu dan kesempatan untuk kembali kerjakan semua yang telah aku tertawakan, karena dihatiku kini penuh terisi segala tentang Allah Azza Wa Jalla.
Aku bersyukur, Dia masih berkenan menunjuki langkahku yang sempat nyaris menyimpang. Suara mesin pabrik yang selalu meraung mengiringi setiap hari-hariku mendadak senyap. Lamunanku buyar. Sudah pukul tiga pagi. Bergegas aku bangkit dari tempat tidur. Kulalui malam yang tersisa dalam kenikmatan sholat tahajjud, dzikir dan qiro’atil qur’an. Kurasakan aliran nikmat yang sejuk mengalir dihatiku. Setetes air mataku jatuh di permukaan pipiku. Suara adzan subuh semakin menyadarkanku pada panggilan Allah, seolah-olah Dia ada didekatku dan siap kuadui berbagai macam masalah. Hanya Dia lah tempat yang paling tepat untuk mengadu bagi semua makhlukNya, Vivat : Allahhu Akbar…!


“ANA UHIBBU ILAIKA YAA HABIBI”


By : Sukma Azkiyah

Tidak ada komentar: